Feature pada hakikatnya adalah cerita yang berkisah. Feature melukiskan gambar dengan kata-kata; ia menghidupkan imajinasi pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita dengan membantunya mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama.
Penulisan berita mengutamakan pengaturan fakta-fakta, sedang penulisan feature memakai teknik “mengisahkan sebuah cerita”. Inilah kunci perbedaan berita dan tulisan feature. Sebagian besar penulis feature
tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa
teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada
aturan yang mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia
segera menerobos aturan itu. Tapi berprinsip bahwa kalimat harus logis
dan benar tata bahasanya.
Penulis feature
membutuhkan imajinasi yang baik untuk menjahit kata-kata dan rangkaian
kata menjadi cerita yang menarik, tetapi imajinasi penulis tidak boleh
mewarnai fakta-fakta dalam ceritanya. Intinya, cerita khayalan tidak
boleh ada dalam penulisan feature. Feature tidak boleh
berupa fiksi, dan setiap “pewarnaan” fakta-fakta tidak boleh menipu
pembaca. Bila penipuan seperti itu terungkap, kepercayaan akan hancur.
Pada
penulisan berita, setiap cerita ditulis dalam bentuk sama, piramida
terbalik yaitu susunan tulisan yang meletakkan informasi-informasi pokok
di bagian atas, dan informasi yang tidak begitu penting di bagian bawah
sehingga mudah untuk dibuang bila tulisan tersebut diperpendek. Banyak feature
menggunakan bentuk yang sama tetapi tidak ada pedoman yang tegas. Hal
ini membuat sulit dalam penulisannya namun memungkinkan untuk
mengembangkan kreatifitas dan kecakapan. Oleh karena itu penulis harus
menggunakan teknik penulisan untuk menjaga agar semuanya ada di rel.
EmoticonEmoticon